Tema: Pengetahuan
Generasi Muda Landasan Aksi Bersolusi
Kaisar
hirohito “ berapa jumlah guru yang tersisa ? kita telah jatuh, karena kita
tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan startegi perang, tapi kita tidak
tahu bagaimana cara membuat bom yang sedahsyat itu, kalau tidak dengan belajar,
bagaimna kita mengejar mereka, maka kumpulkan semua guru yang masih tersisa,
karena sekarang kepada merekalah kita
akan berrtumpu, bukan kepada kekuatan pasukan”. Kata itu muncul ketika kaisar
yang kecewa melihat kondisi negaranya hancur lebur yang disebabkan oleh ledakan
bom yang ada di Nagasaki dan Hirosima yang menyebabkan puluhan juta masyarakat
tewas, ditambah lagi dengan efek radiasi yang disebabkan oleh bom tersebut sehingga
butuh puluhan tahun untuk memulihkan sejarah pilu tersebut. Hal itulah yang
menyebabkan menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Perkataan Kaisar Hirohito
tersebut menandakan betapa berharapnya seorang kaisar kepada guru untuk
memulihkan keadaan sehingga negara mampu bangkit kembali dan bahkan menjadi
salah satu negara maju di dunia. Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah
gambaran dan sebuah pengibaratan tentang pentingnya guru untuk negara.
Kesadaran
akan pendidikan tentu saja tidak hanya di Jepang, di seluruh duniapun kita
melihat betapa gencarnya pemerintah negara untuk memajukan pendidikan di negara
masing-masing, termasuk Indonesia. Begitu berpengaruhnya guru dalam kemajuan
bangsa, karena sudah tidak diragukan lagi guru adalah senjata utama untuk menjadikan
pendidikan yang berkualitas. Ditangan gurulah akan menciptakan penerus bangsa
yang akan menjadi pemimpin negeri ini, ditangan gurulah akan lahir generasi
muda yang berkualitas yang memiliki akhlak, dan karakter yang dibutuhkan dalam
era globalisasi ini.
Munculnya
pribahasa yang mengatakan guru adalah
pahlawan tanpa tanda jasa adalah pengibaratkan tentang sosok guru yang jasanya
tidak bisa dibayar dengan apapun. Berbicara masalah pahlawan, pahlawan bukan
berarti kita berjuang dan mengorbakan semangat dan berkorban darah demi suatu
tujuan tertentu. Guru memberikan ilmu pengetahuan, mendidik akhlak yang baik
demi kemerdekaan. Kemerdekaan dari kebodohan, kemerdekaan dari kemalasan,
kemerdekaan dari ketertinggalan, dan kemerdekaan dari ketidak berdayaan, serta
kemerdekaan dari kemiskinan. Sebab gurulah yang memegang peranan penting untuk
membarikan jembatan kepada negerasi penerus untuk menuju kemajuan bangsa dan
negara kita ini. Jadi guru merupakan aset bangsa yang keberadaannya perlu dikelolah dengan baik.
Melalui gurulah harapan dan cita-cita bangsa ini bisa tercapai. Ibaratnya
memandang guru, berarti memandang masa depan sebagai aset bangsa.
Sebagai
aset bangsa, keberadaaan guru harusnya diperhatikan dengan baik. Di Indonesia,
masalah pendidikan adalah masalah yang belum ada habisnya menjadi pembahasan
dan topik permasalahan. Salah satunya adalah masalah banyaknya guru yang
meludak di perkotaan dan minim di pedesaan apalagi di daerah-daerah yang
termasuk daerah 3T ( Terdepan, Terluar, Tertinggal). Bahkan tidak jarang kita
melihat dan mendengar banyaknya guru-guru yang bekerja di luar profesinya,
misalnya di kantor-kantor, Bank, penjaga toko, Supermarket dan lain lain. Hal itu disebabkan banyaknya guru yang ada di
sekolah-sekolah perkotaan sehingga susahnya mencari lowongan pekerjaan. Disisi
lain, jika kita melihat di desa/daerah 3T sungguh berbanding terbalik dari
kondisi di perkotaan. Banyak
sekolah-sekolah tutup karena tidak ada guru, anak-anak pulang karena
gurunya tidak ada, dan yang sering terjadi
adalah guru mengajar untuk dua kelas sekaligus (guru rangkap). Sehingga
terlihat sekali belum meratanya pendidikan kita. Dampaknya proses pembelajaran
yang diharapkan belum mampu di nikmati oleh semua anak bangsa Indonesia.
Padahal pemerataan pendidikan secara jelas termuat dalam Undang-Undang Dasar
Negara kita tentang upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berbiacara masalah pendidikan, sebenarnya upaya pemerataan
pendidikan tersebut sebenarnya sudah dilaksanakan pada masa awal kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara, nama tersebut pastinya sudah tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan. Dimana beliau selain Menteri Pendidikan pertama Indonesia juga menjadi
bapak pendidikan nasional Indonesia. Dalam catatan sejarah dituliskan bahwa
beliay telah melahirkan
pemikiran tentang tujuan pendidikan. Dimana, bangsa Indonesia perlu memikirkan
tentang kemajuan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan Agama, Etnis,
Suku, Ras, status ekonomi dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada
nilai-nilai kemerdekaan. Ini berarti diawal kemerdekaan saja, masalah
pendidikan menjadi salah satu sorotan untuk diupayakan dengan baik.
Memang
perlu kita ketahui mengenai persoalan belum meratanya pendidikan tersebut,
sebenarnya sudah banyak solusi-solusi yang diberikan pemerintah untuk
pemerataan guru, diantaranya Guru Daerah Terpencil, Sekolah Guru Indonesia,
Indonesia Mengajar dan SM3T. Program-program tersebut diharapkan mampu
mengatasi perbagai persoalan untuk pemerataan pendidikan. untuk mewujudkan cita-cita
negara yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dimana negara ingin
mencerdaskan kehidupan Bangsa, dari Sabang-Merauke. Namun, yang menjadi
persoalan disini upaya pemerintah tersebut tidak sepenuhnya membuat para guru
untuk membulatkan tekat untuk mampu masuk ke daerah yang tergolong 3T tersebut.
Dikatakan daerah 3T karena memang lokasinya sangat jauh dari pusat kota,
sehingga inilah menyebabkan guru enggan untuk mengajar di daerah 3T, hal lain
adalah masalah jalan transportasi yang ekstrim, budaya dan adat istiadat yang
berbeda, bahasa, agama serta kondisi jarak yang menyebabkan para guru jauh dari
keluarga. Karena faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi maksimalnya
pentransferan ilmu tersebut kepada anak didik. Misalnya bahasa, perbedaan
bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi catatan guru didaerah. Dimana
perbedaan bahasa dapat menyebabkan sulitnya guru untuk berkomunikasi dengan
baik, di daerah 3T tidak heran ketika kita menemui, banyaknya anak didik yang
tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik, sehingga proses balajar dan
kominikasi antara guru dan anak tidak akan dapat berjalan dengan maksimal.
Bahkan
tidak jarang jawaban yang kita dapatkan, ketika bertanya kepada guru yang
pernah mengajar di daerah tersebut, untuk tidak mau kembali ke daerah
pengabdiannya. Hal tersebut akan menjadi persoalan kembali, dimana daerah 3T
hanya mendapatkan guru untuk beberapa tahun saja (sesuai dengan kontrak
masing-masing program) sehingga solusi pemerataan pendidikan masih menjadi
pembahasan yang belum ada habisnya.
Ketika
persoalan tersebut diatas sudah terlihat, perlunya kita mencari solusi untuk
menghilangkan persoalan-persoalan yang muncul. Berikut beberapa rekomendasi
yang bisa dipertimbangkan:
·
Adanya Program yang
menuntut guru untuk melaksanakan pendidikan di daerahnya sendiri, artinya Kita untuk
Daerah kita, Kita untuk Bangsa Kita, Kita untuk Negara Kita, Indonesia.
Ketika guru membangun pendidikan Indonesia
hendaknya dimulai dari dearah masing-masing terlebih dahalu, dan hal itu
dilakukan di seluruh Indonesia, maka tidak akan ada lagi persoalan adat
istiadat, bahasa, agama, dan jarak guru dengan keluarganya akan tidak menjadi
persoalan lagi, sehingga guru akan melaksanakan pendidikan dengan aman dan
nyaman.
·
Pemerintah dan
pemerintahan daerah bekerja sama untuk memperbaiki jalan transportasi menuju
daearah yang sasarannya adalah sekolah. Tidak dapat dipungkiri, susahnya akses
menuju daerah/sekolah menjadi alasan kuat untuk guru tidak mau mengabdi di dearah. Hal ini menyangkut
dengan kebutuhan sehari-hari para guru. Kebutuhan sehari-hari disini maksudnya
adalah mencari kebutuhan untuk keperluan kehidupan sehari-hari. Jika persolan
ini belum dirasa nyaman, maka persoalan guru masih akan belum menuju titik
terang.
·
Memberikan Bea Siswa
kepada putra-putri Indonesia yang punya semangat belajar yang tinggi. Ketika
mengajar di daearah tidak jarang kita temui adanya anak-anak yang berprestasi
yang tidak melanjutkan pendidikan karena faktor ekonomi. Sehingga semangat
belajar mereka kadang tenggelam begitu saja, harapan mereka dengan mudahnya
pudar, dan ditambah lagi tidak adanya dukungan dari pemerintahan daerah. Hal ini perlu kita lakukan, untuk mencari
bibit-bibit daerah yang nantinya akan melanjutkan kepemimpinan di daerah
tersebut.
·
CPNS untuk profesi
guru, sebaiknya diutamakan untuk guru-guru yang mau mengabdi didaerah. Hal ini
merupakan tawaran yang membuat para guru akan melirik sekolah-sekolah yang ada
di daerah. Dan yang paling terpenting disini, haruslah diutamakan dari daerah
tempatan, supaya tidak terjadi lagi persoalan-persoalan diatas.
Jika semuanya sudah terpenuhi, maka
pemerintah juga tidak boleh menutup tawaran untuk menerima guru-guru yang
barasal dari daerah lain. Karena hal yang harus kita pahami kalau keberadaan
guru-guru yang berasal dari daerah lainakan memberikan warna baru untuk
pendidikan daerah tersebut. Selain itu, perbedaan daearah juga menambah rasa
nasionalisme untuk guru dan anak didik untuk mencintai dan mengabdi diseluruh
tanah air bangsa indonesia ini. Disisi lain, guru yang berasal dari daerah lain
yang mempunyai rasa Nasionalisme tinggi akan mendorong semangat belajar anak
didik untuk mengenal Indonesia, karena akan secara otomatis, asal daearah guru
tersebut akan menjadi pertanyaan mereka
dan menimbulkan penasaran dan berambisi
untuk sampai di daerah lain. Sehingga ambisi tersebut dapat mendorong semangat
anak didik untuk belajar dengan baik.
Dorongan yang diberikan akan menumbuhkan
semangat juang anak didik untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh demi
mewujudkan apa yang dicita-citakan mereka. senada dengan itu Sang proklamator kita pernah mengatakan "Seribu
orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.
Jadi dapat kita simpulkan pemerataan
guru di Indonesia, harus menjadi tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat
indonesia. Dimana pemerintah mengadakan program-program yang mampu menjaring
para guru tidak hanya di kota tetapi juga untuk bisa mengajar di daerah/daerah
3T. Program tersebut tentunya harus
didukung oleh para guru/pendidik tentunya untuk bersedia mensukseskan
pendidikan supaya mencapai kesetaraan pendidikan Nasional. Jika kita
bisa menjadi orang yang bermanfaat dari sejak kita muda, maka sangat besar
peluang kita untuk menjadi pencetak pemimpin yang berkualitas dimasa depan,
karena sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Mari kita
mempersiapkan diri untuk melahirkan pemimpin dan mutiara masa depan. Jika mutiara-mutiara dari Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timur, dan Irian Jaya bersatu padu untuk
membangun indonesia, maka tidak akan ada lagi yang mampu menggoyangkan
nusantara ini.
Sebagai penutup bung karno dalam pidato lainya mengatakan:
“Beri aku seribu orang tua, dan
dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang
membara cintanya kepada Tanah Air, dan dengan mereka aku akan mengguncang
dunia.”
Daftar
pustaka
Saleha
Juliandi dkk. 2014. Pendidikan Anak Ala
Jepang. Jakarta: Pena Nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar