Minggu, 05 April 2020

KESENJANGAN PENDIDIKAN “GURU ASET BANGSA”



Tema: Pengetahuan Generasi Muda Landasan Aksi Bersolusi

Kaisar hirohito “ berapa jumlah guru yang tersisa ? kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan startegi perang, tapi kita tidak tahu bagaimana cara membuat bom yang sedahsyat itu, kalau tidak dengan belajar, bagaimna kita mengejar mereka, maka kumpulkan semua guru yang masih tersisa, karena sekarang kepada merekalah  kita akan berrtumpu, bukan kepada kekuatan pasukan”. Kata itu muncul ketika kaisar yang kecewa melihat kondisi negaranya hancur lebur yang disebabkan oleh ledakan bom yang ada di Nagasaki dan Hirosima yang menyebabkan puluhan juta masyarakat tewas, ditambah lagi dengan efek radiasi yang disebabkan oleh bom tersebut sehingga butuh puluhan tahun untuk memulihkan sejarah pilu tersebut. Hal itulah yang menyebabkan menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Perkataan Kaisar Hirohito tersebut menandakan betapa berharapnya seorang kaisar kepada guru untuk memulihkan keadaan sehingga negara mampu bangkit kembali dan bahkan menjadi salah satu negara maju di dunia. Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah gambaran dan sebuah pengibaratan tentang pentingnya guru untuk negara.
Kesadaran akan pendidikan tentu saja tidak hanya di Jepang, di seluruh duniapun kita melihat betapa gencarnya pemerintah negara untuk memajukan pendidikan di negara masing-masing, termasuk Indonesia. Begitu berpengaruhnya guru dalam kemajuan bangsa, karena sudah tidak diragukan lagi guru adalah senjata utama untuk menjadikan pendidikan yang berkualitas. Ditangan gurulah akan menciptakan penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin negeri ini, ditangan gurulah akan lahir generasi muda yang berkualitas yang memiliki akhlak, dan karakter yang dibutuhkan dalam era globalisasi ini.
Munculnya  pribahasa yang mengatakan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa adalah pengibaratkan tentang sosok guru yang jasanya tidak bisa dibayar dengan apapun.  Berbicara masalah pahlawan, pahlawan bukan berarti kita berjuang dan mengorbakan semangat dan berkorban darah demi suatu tujuan tertentu. Guru memberikan ilmu pengetahuan, mendidik akhlak yang baik demi kemerdekaan. Kemerdekaan dari kebodohan, kemerdekaan dari kemalasan, kemerdekaan dari ketertinggalan, dan kemerdekaan dari ketidak berdayaan, serta kemerdekaan dari kemiskinan. Sebab gurulah yang memegang peranan penting untuk membarikan jembatan kepada negerasi penerus untuk menuju kemajuan bangsa dan negara kita ini. Jadi guru merupakan aset bangsa yang  keberadaannya perlu dikelolah dengan baik. Melalui gurulah harapan dan cita-cita bangsa ini bisa tercapai. Ibaratnya memandang guru, berarti memandang masa depan sebagai aset bangsa.
Sebagai aset bangsa, keberadaaan guru harusnya diperhatikan dengan baik. Di Indonesia, masalah pendidikan adalah masalah yang belum ada habisnya menjadi pembahasan dan topik permasalahan. Salah satunya adalah masalah banyaknya guru yang meludak di perkotaan dan minim di pedesaan apalagi di daerah-daerah yang termasuk daerah 3T ( Terdepan, Terluar, Tertinggal). Bahkan tidak jarang kita melihat dan mendengar banyaknya guru-guru yang bekerja di luar profesinya, misalnya di kantor-kantor, Bank, penjaga toko, Supermarket dan lain lain.  Hal itu disebabkan banyaknya guru yang ada di sekolah-sekolah perkotaan sehingga susahnya mencari lowongan pekerjaan. Disisi lain, jika kita melihat di desa/daerah 3T sungguh berbanding terbalik dari kondisi di perkotaan. Banyak  sekolah-sekolah tutup karena tidak ada guru, anak-anak pulang karena gurunya tidak ada,  dan yang sering terjadi adalah guru mengajar untuk dua kelas sekaligus (guru rangkap). Sehingga terlihat sekali belum meratanya pendidikan kita. Dampaknya proses pembelajaran yang diharapkan belum mampu di nikmati oleh semua anak bangsa Indonesia. Padahal pemerataan pendidikan secara jelas termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara kita tentang upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berbiacara masalah pendidikan, sebenarnya upaya pemerataan pendidikan tersebut sebenarnya sudah dilaksanakan pada masa awal kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara, nama tersebut pastinya sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Dimana beliau selain Menteri Pendidikan pertama Indonesia juga menjadi bapak pendidikan nasional Indonesia. Dalam catatan sejarah dituliskan bahwa beliay telah melahirkan pemikiran tentang tujuan pendidikan. Dimana, bangsa Indonesia perlu memikirkan tentang kemajuan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan Agama, Etnis, Suku, Ras, status ekonomi dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan. Ini berarti diawal kemerdekaan saja, masalah pendidikan menjadi salah satu sorotan untuk diupayakan dengan baik.
Memang perlu kita ketahui mengenai persoalan belum meratanya pendidikan tersebut, sebenarnya sudah banyak solusi-solusi yang diberikan pemerintah untuk pemerataan guru, diantaranya Guru Daerah Terpencil, Sekolah Guru Indonesia, Indonesia Mengajar dan SM3T. Program-program tersebut diharapkan mampu mengatasi perbagai persoalan untuk pemerataan pendidikan. untuk mewujudkan cita-cita negara yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dimana negara ingin mencerdaskan kehidupan Bangsa, dari Sabang-Merauke. Namun, yang menjadi persoalan disini upaya pemerintah tersebut tidak sepenuhnya membuat para guru untuk membulatkan tekat untuk mampu masuk ke daerah yang tergolong 3T tersebut. Dikatakan daerah 3T karena memang lokasinya sangat jauh dari pusat kota, sehingga inilah menyebabkan guru enggan untuk mengajar di daerah 3T, hal lain adalah masalah jalan transportasi yang ekstrim, budaya dan adat istiadat yang berbeda, bahasa, agama serta kondisi jarak yang menyebabkan para guru jauh dari keluarga. Karena faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi maksimalnya pentransferan ilmu tersebut kepada anak didik. Misalnya bahasa, perbedaan bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi catatan guru didaerah. Dimana perbedaan bahasa dapat menyebabkan sulitnya guru untuk berkomunikasi dengan baik, di daerah 3T tidak heran ketika kita menemui, banyaknya anak didik yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik, sehingga proses balajar dan kominikasi antara guru dan anak tidak akan dapat berjalan dengan maksimal.
Bahkan tidak jarang jawaban yang kita dapatkan, ketika bertanya kepada guru yang pernah mengajar di daerah tersebut, untuk tidak mau kembali ke daerah pengabdiannya. Hal tersebut akan menjadi persoalan kembali, dimana daerah 3T hanya mendapatkan guru untuk beberapa tahun saja (sesuai dengan kontrak masing-masing program) sehingga solusi pemerataan pendidikan masih menjadi pembahasan yang belum ada habisnya.
Ketika persoalan tersebut diatas sudah terlihat, perlunya kita mencari solusi untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang muncul. Berikut beberapa rekomendasi yang bisa dipertimbangkan:  
·         Adanya Program yang menuntut guru untuk melaksanakan pendidikan di daerahnya sendiri, artinya Kita untuk Daerah kita, Kita untuk Bangsa Kita, Kita untuk Negara Kita, Indonesia. Ketika  guru membangun pendidikan Indonesia hendaknya dimulai dari dearah masing-masing terlebih dahalu, dan hal itu dilakukan di seluruh Indonesia, maka tidak akan ada lagi persoalan adat istiadat, bahasa, agama, dan jarak guru dengan keluarganya akan tidak menjadi persoalan lagi, sehingga guru akan melaksanakan pendidikan dengan aman dan nyaman.
·         Pemerintah dan pemerintahan daerah bekerja sama untuk memperbaiki jalan transportasi menuju daearah yang sasarannya adalah sekolah. Tidak dapat dipungkiri, susahnya akses menuju daerah/sekolah menjadi alasan kuat untuk guru tidak  mau mengabdi di dearah. Hal ini menyangkut dengan kebutuhan sehari-hari para guru. Kebutuhan sehari-hari disini maksudnya adalah mencari kebutuhan untuk keperluan kehidupan sehari-hari. Jika persolan ini belum dirasa nyaman, maka persoalan guru masih akan belum menuju titik terang.
·         Memberikan Bea Siswa kepada putra-putri Indonesia yang punya semangat belajar yang tinggi. Ketika mengajar di daearah tidak jarang kita temui adanya anak-anak yang berprestasi yang tidak melanjutkan pendidikan karena faktor ekonomi. Sehingga semangat belajar mereka kadang tenggelam begitu saja, harapan mereka dengan mudahnya pudar, dan ditambah lagi tidak adanya dukungan dari pemerintahan daerah.  Hal ini perlu kita lakukan, untuk mencari bibit-bibit daerah yang nantinya akan melanjutkan kepemimpinan di daerah tersebut.
·         CPNS untuk profesi guru, sebaiknya diutamakan untuk guru-guru yang mau mengabdi didaerah. Hal ini merupakan tawaran yang membuat para guru akan melirik sekolah-sekolah yang ada di daerah. Dan yang paling terpenting disini, haruslah diutamakan dari daerah tempatan, supaya tidak terjadi lagi persoalan-persoalan diatas.
Jika semuanya sudah terpenuhi, maka pemerintah juga tidak boleh menutup tawaran untuk menerima guru-guru yang barasal dari daerah lain. Karena hal yang harus kita pahami kalau keberadaan guru-guru yang berasal dari daerah lainakan memberikan warna baru untuk pendidikan daerah tersebut. Selain itu, perbedaan daearah juga menambah rasa nasionalisme untuk guru dan anak didik untuk mencintai dan mengabdi diseluruh tanah air bangsa indonesia ini. Disisi lain, guru yang berasal dari daerah lain yang mempunyai rasa Nasionalisme tinggi akan mendorong semangat belajar anak didik untuk mengenal Indonesia, karena akan secara otomatis, asal daearah guru tersebut akan menjadi  pertanyaan mereka dan menimbulkan penasaran dan  berambisi untuk sampai di daerah lain. Sehingga ambisi tersebut dapat mendorong semangat anak didik untuk belajar dengan baik.
Dorongan yang diberikan akan menumbuhkan semangat juang anak didik untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh demi mewujudkan apa yang dicita-citakan mereka. senada dengan itu Sang proklamator kita pernah mengatakan "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.
Jadi dapat kita simpulkan pemerataan guru di Indonesia, harus menjadi tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat indonesia. Dimana pemerintah mengadakan program-program yang mampu menjaring para guru tidak hanya di kota tetapi juga untuk bisa mengajar di daerah/daerah 3T.  Program tersebut tentunya harus didukung oleh para guru/pendidik tentunya untuk bersedia mensukseskan pendidikan supaya mencapai kesetaraan pendidikan Nasional. Jika kita bisa menjadi orang yang bermanfaat dari sejak kita muda, maka sangat besar peluang kita untuk menjadi pencetak pemimpin yang berkualitas dimasa depan, karena sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Mari kita mempersiapkan diri untuk melahirkan pemimpin dan mutiara masa depan. Jika mutiara-mutiara dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timur, dan Irian Jaya bersatu padu untuk membangun indonesia, maka tidak akan ada lagi yang mampu menggoyangkan nusantara ini.

Sebagai penutup bung karno dalam pidato lainya mengatakan:
Beri aku seribu orang tua, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan dengan mereka aku akan mengguncang dunia.”


Daftar pustaka

Saleha Juliandi dkk. 2014. Pendidikan Anak Ala Jepang. Jakarta: Pena Nusantara

                                                                           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar