Perjalanan menuju timurnya indonesia,
NTT (Pulau Timur)
Kabupaten Belu
20
Agustus 2015,
Pergi jauh setahun menuju pulau yang cukup jauh (pulau
timur) indonesia dan meninggalkan keluarga tercinta cukup memberikan kesedihan
yang mendalam di jiwa. Tetapi pengabdian, cinta dan ketulusan untuk tanah air
tetap membuat hati ini berjuang untuk negara.
Berawal dari Pekanbaru, pukul 19.30 kami terbang menuju
jakarta, jakarta menuju surabaya, surabaya menuju kupang. Perjalanan yang
sangat jauh dan melelahkan ini adalah Pengalaman baru atau pertama saya
menggunakan transportasi udara, takut agak cemas, cemas agak senang, semua rasa
itu bercampur jadi satu. Hanya bismillah yang tiada henti terucap dihati.
Sesampainya dipulau timur, tepatnya di kupang, kami
menggunakan bus untuk menuju kota kabupaten dimana kami semua akan ditempatkan,
delapan jam perjalanan itu cukup membuat kami merasa lelah sekali. Sesampainya
dikota, dimana tempat tujuan persinggahan, kami ternyata telah disambut oleh
para pejabat setempat dan para kepala sekolah dan jemputan tempatan kami semua.
Perasaan yang cukup membuat kami terkejut, karena pada saat itu juga kami
langsung dibawa ke lokasi kerja masing-masing, perasaan yang berkecamuk dihati,
baru berpisah sama keluarga di pekanbaru, tanpa ada waktu lama kami langsung
dipisah-pisah dan dibawa oleh “orang asing”. Tapi dengan rasa cemas, langsung
terpanggillah nama saya “ iren novita sari di SDN Nokarwek. Saya ditempatkan di
desa Loonuna bersama teman dari pekanbaru juga “risa alhidayah” jurusan
matematika lulusan Universitas Riau.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA, setelah semua
acara penyambutan kami dilakukan, kini saatnya kami mulai berpisah dengan
teman-teman SM3T lainnya. Kami langsung dipersilahkan untuk menaiki mobil yang
tidak ada bangkunya, Cuma tiga buah kayu yang dipanjangkan untuk kami duduki,
masyarakat yang asing, binatang seperti babi, dingin karena tanpa ada tutupan,
bermodalkan bismillah kami menaiki mobil tersebut, namanya “oto ojek/oto
kijang”.
Dalam perjalanan tersebut, banyak hal yang berkecamuk
dihati, dinginnya terasa menembus ke tulang, batu-batuan dijalan membuat kami
tergoncang, tanjakan dan turusan membuat hati kami tiada berhenti untuk berdoa
supaya selamat dalam perjalanan. Tapi pemandangan malamnya membuat kami
tersenyum, dimana untuk pertama kali kami melihat dengan indah bintang
bertaburan diatas, dan bertaburan pula dibawah (lampu-lampu rumah masyarakat).
Tiga jam perjalanan dari kota Atambua ke lokasi tempatan,
berhenti pukul 00.00 Tanpa terlukiskan
lagi gambaran kondisi badan, berhentilah oto kijang tersebut disebuah rumah.
Kami diperkenalkan dengan sosok perempuan yang berwibawa, ternyata beliau adalah
mak kepala (kepala sekolah) tempat kami akan bertugas.
Alamnya timur
Belum pernah terbayangkan saya bisa
sampai disini, jauh dari pulau Sumatra menuju Pulau Timur ini. Tiada terlukiskan indahnya alam ciptaan Allah
SWT. Pada saat mata kami melihat alam di timur ini kami sangat kagum dengan
kondisi alam yang sangat alami, asli dan damai. Pegungunan, gunung, lembah,
dataran tinggi, dataran rendah yang terlihat di sini. SM3T memberikan kami
kesempatan untuk mengenal indonesia
lebih jauh lagi.
Bermodalkan
keyakinan, Bismillah kami memulai aktivitas di sini. Satu hal yang membuat ini
semua menjadi lembaran cerita sejarah, adalah kalau disini air sulit dan jauh.
Mengingat air adalah sumber kehidupan, rasanya sangat susah kalau air susah
didapat. Saat kami tanya mama (sebutan untuk para ibu-ibu) dimana biasanya
Masyarakat disini biasa mengambil air, beliau menjawab kalau masyarakat
biasanya memperoleh air dari kali dengan cara menimba, baik itu untuk minum,
mandi, mencuci dan sebagainya. Fikiran kami tertuju kalau kali yang dimaksud
adalah kali yang airnya sangat melimpah, banyak dan jernih. Tanpa fikir panjang
kamipun diajak untuk kesana (kali) untuk mandi. Dengan semangat pagi, kami
mulailah perjalanan. Di perjalanan kami begitu tercengang melihat kondisi alam
yang sangat bangus, indah, dan mengagumkan.
Mulai dari
tanjakan, turunan yang terjal membuat lutut kami terasa bergoyang, kaki letih
karena perjalanan yang cukup panjang.
Beberapa dokumentasinya
40 menit perjalanan terhentilah langkah kami, katanya sudah sampai ke
kali tetapi kami tidak melihat air yang mengalir banyak. Sambil meyakinkan
mama, kami bertanya kembali “ini kalinya mama?” kemudian mama hanya tersenyum
dan mengangukkan kepala. Kami hanya melihat
genangan air dari mata air yang ada di sela-sela batu yang kemudian mengalir
kecil, dan lebih membuat kami cukup terkejut kalau air tersebut mengandung
kapur. Artinya air yang tidak begitu bersih.
Disituulah masyarakat mengambil
air untuk keperluan
sehari-hari.
Melihat kondisi
alam yang seperti itu kami mulai saling menguatkan, hati dan fikiran kalau
inilah kondisi lain dari indonesia. Mau tidak mau kami harus siap apapun
kondisi alam, dan tempatan kami. Bertahan dan menikmati setiap langkah perjalanan
ini.
Jiwa tertantang
melihat anak-anak disini saja sangat bersemangat untuk menimba air dan membawa
kerumah masing-masing. Raut wajah yang tidak mengeluh dengan kondisi alamnya,
semangat dan teriakan gembira melihat kami sampai ketempat mereka. Kami mulai
mendapatkan sapaan-sapaan baru dari mereka, ada yang memanggil kami “ mak ibuk,
ibuk guru baru, ibu berdua, dan lain-lain. ini semua membuat kami makin
semangat.
Kondisi sosial masyarakat tempatan
Mereka sangat
ramah, baik, saling menghargai, menyayangi kami disini. Penghargaan yang sangat
besar Mereka berikan kepada kami, bahkan kami di minta untuk jangan
sungkan-sungkan kalau ada yang di butuhkan, baik berupa tenaga, air, bawang,
cabe, sayuran, buahan ataupun hasil alam lainnya mereka akan sangat siap untuk
membantu segala kesulitan yang kami hadapi.
setiap
pagi anak-anak mereka disuruh untuk membawakan kami air untuk keperluan
sehari-hari, dan membawakan hasil alam yang mereka punya. Bahkan mereka
berlomba-lomba untuk memberikan sesuatu kepada kami.
Berbicara masalah mata pencarian, Pekerjaan
masyarakat disini mayoritas adalah petani, walaupun demikian kesadaran akan
pentingnya pendidikan nampaknya sudah tertanam dalam benak mareka, hal ini
terbukti kalau banyak diantara mereka yang punya anak sedang kuliah. Jauh dari
pusatnya indonesia tidak membuat mereka patah semangat untuk bisa mengejar cita
dan harapan.
Kebudayaan
likurai
dan TB. Likurai adalah salah satu tarian dan menggunakan gendang kecil yang
diapit di lengan atas tangan, perempuan yang memainkan gendang serta manari
kecil, dan laki-laki bernari dengan menggunakan pakaian adat. Sedangkan TB
adalah tarian serentak yang dilakukan dengan cara melingkar.
Pendidikan/ Sekolah
Saya dan rekan
saya risa alhidayah memulai aktivitas dengan memakai jaket hitam berlogokan
MBMI (Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia) jaket yang mengkuatkan hati serta
meluruskan niat,yaitu jaket kebesaran kami,SM3T.
Suasana alam
serta perjalanan yang baru kami tempuh, sejuk dan panorama alam yang selalu
kami nikmati disetiap langkah itu. Terlihat anak-anak yang melihat kami agak
malu-malu, dan mengucapkan “selamat pagi semua, ibuk guru berdua” dengan
membisikkan kata-kata yang kami tidak mengerti, tapi terlihat senang diwajah mereka,
mudah-mudahan ini merupakan hal yang baik dilangkah kami pagi itu.
Perjalanan yang
selalu mengantarkan kami di sebuah sekolah bagunan yang sederhana. Langkah kami
di semarakkan oleh anak-anak yang telah mengelilingi kami, kemudian terhenti
sampai di ruangan guru-guru di SD tersebut.
Jumlah guru di SD kami
adalah 12 orang termasuk kami, yang terdiri dari 3 guru laki-laki dan 9 guru
perempuan. Bangunan SDN Nokarwek cukup bagus. Sarana dan prasarana di sekolah
juga cukup baik. SDN Nokarwek mempunyai ruang guru, perpustakaan, tujuh ruang
kelas siap untuk belajar dan beberapa ruang kelas yang sedang dalam proses
pembangunan, serta WC yang cukup baik.
Di Sekolah saya mengampu mata
pelajaran IPS dan PKN untuk kelas IV A, IV B, V, dan VI, sedangkan rekan saya
mengampu mata pelajaran matematika untuk kelas IV A, IV B, V, dan VI. Saya
mempunyai jadwal mengajar hampir setiap hari, kecuali hari jumat. Siswa Kelas
IV A dan IV B masing-masing terdiri dari 16 siswa. Siswa kelas V terdiri dari
29 siswa. Siswa kelas VI terdiri dari 20 siswa.
Di SDN Nokarwek, Kegiatan apel dilakukan setiap pagi
dan pulang sekolah. Kegiatan Apel dilaksanakan di halaman sekolah, pada saat
apel siswa dan guru bersama-sama berdoa untuk memulai maupun mengakhiri
aktivitas pembelajaran, serta segala pengumuman akan disampaikan pada saat itu.
Siswa tergolong
aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat pertama saya mengajar di kelas, saya
kesulitan berkomunikasi dengan anak di kelas, beberapa anak susah memahami
kata-kata saya dan terkadang anak-anak tertawa mendengar apa yang saya katakan.
Menurut mereka kata-kata dan logat berbicara saya sedikit aneh. Namun seiring
dengan berjalannya waktu hal itu tidak menjadi masalah lagi.
Tanpa
disadari, alhamdulilah syukur kepada Allah SWT keberadaan kami disini cukup
memberikan perubahan-perubahan kecil disekolah. Mungkin hal yang pertama yang
saya singgung adalah upacara senin pagi. Semenjak kami disini apel pagi senin
selalu rutin dilakukan. Kami sangat senang untuk berpartisivasi dalam hal ini,
karena kami menyadari sikap patriotisme itu muncul ketika kita memahami naiknya
sang merah. Menanamkan sikap cinta tanah air adalah hal yang utama yang kami
suarakan kepada mereka.
Inilah
potret mereka
Berbicara
mengenai buku, di sekolah ini memiliku persediaan buku yang cukup banyak,
tetapi kondisi ruang yang sempit, berdebu membuat buku-buku terlihat
menyedihkan. Jadi kami memutuskan untuk menata ruang perpustakaan itu senyaman
mungkin, agar anak-anak bisa baca buku dengan baik. Mengingat akses internat
tidak ada serta pengetahuan yang kurang, bukulah satu-satunya sumber bacaan
anak disini.
Senada
dengan itu semua, anak-anak disini hobinya membantu dan menolong. Apalagi
mengangkut guru, mereka sangat menghormati dan menghargai sekali para guru
termasuk kami disini. Mereka paling tidak bisa melihat kami bekerja, membawa
barang, mengerjakan pekerjaan rumah, mencari kayu dan sebaginya mereka langsung
berlarian membantu kami. Sambil merasa senag terkadang kamipun merasa
tercengang-cengang melihat tingkah laku anak-anak tersebut.
Intinya SM3T memberikan kami kesempatan
dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya karena melalui SM3T kami dapat
mengenal budaya indonesia lainnya, bahasa, agama, sosial, ras dan adat
kebiasaan yang berbeda.
Kita indonesia,
Mereka juga indonesia,
Sudah sepantasnya negri ini berjaya di
tengah-tengah banyaknya anak indonesia yang akan datang membawa perubahan yang
berharga buat negri ini.
Inilah senyum kami
Senyum mereka
Buat indonesia
inilah indonesia dengan sejuta
cerita
Sekilas mengenai Saya, SM3T
Nama:Iren Novita Sari,S.Pd
Ttl: Muara Takus, 19 Mei 1992
Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar
Provinsi Riau
Sumatra
Saya alumni Universitas Riau jurusan
Pendidikan Sejarah angkatan 2010.
Saya ditempattugaskan di Provinsi
NTT, Kabupaten Belu, Kecamatan Lamaknen Selatan, Desa Loonuna, Dusun Purlolo,
SDN Nokarwek. Bersama salah satu rekan terbaik yaitu Risa Alhidayah dari
jurusan Matematika UR.
Guru adalah tonggak bangsa
Pejuang bangsa adalah kita
Indonesia membutuhkan kita
Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Salam MBMI
... Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.