Kamis, 16 Maret 2017

Pengabdian SM3t, Pendidikan di batas negri




Perjalanan menuju timurnya indonesia, NTT (Pulau Timur)
Kabupaten Belu

20 Agustus 2015,
Pergi jauh setahun menuju pulau yang cukup jauh (pulau timur) indonesia dan meninggalkan keluarga tercinta cukup memberikan kesedihan yang mendalam di jiwa. Tetapi pengabdian, cinta dan ketulusan untuk tanah air tetap membuat hati ini berjuang untuk negara.
Berawal dari Pekanbaru, pukul 19.30 kami terbang menuju jakarta, jakarta menuju surabaya, surabaya menuju kupang. Perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan ini adalah Pengalaman baru atau pertama saya menggunakan transportasi udara, takut agak cemas, cemas agak senang, semua rasa itu bercampur jadi satu. Hanya bismillah yang tiada henti terucap dihati.
Sesampainya dipulau timur, tepatnya di kupang, kami menggunakan bus untuk menuju kota kabupaten dimana kami semua akan ditempatkan, delapan jam perjalanan itu cukup membuat kami merasa lelah sekali. Sesampainya dikota, dimana tempat tujuan persinggahan, kami ternyata telah disambut oleh para pejabat setempat dan para kepala sekolah dan jemputan tempatan kami semua. Perasaan yang cukup membuat kami terkejut, karena pada saat itu juga kami langsung dibawa ke lokasi kerja masing-masing, perasaan yang berkecamuk dihati, baru berpisah sama keluarga di pekanbaru, tanpa ada waktu lama kami langsung dipisah-pisah dan dibawa oleh “orang asing”. Tapi dengan rasa cemas, langsung terpanggillah nama saya “ iren novita sari di SDN Nokarwek. Saya ditempatkan di desa Loonuna bersama teman dari pekanbaru juga “risa alhidayah” jurusan matematika lulusan Universitas Riau.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA, setelah semua acara penyambutan kami dilakukan, kini saatnya kami mulai berpisah dengan teman-teman SM3T lainnya. Kami langsung dipersilahkan untuk menaiki mobil yang tidak ada bangkunya, Cuma tiga buah kayu yang dipanjangkan untuk kami duduki, masyarakat yang asing, binatang seperti babi, dingin karena tanpa ada tutupan, bermodalkan bismillah kami menaiki mobil tersebut, namanya “oto ojek/oto kijang”.
Dalam perjalanan tersebut, banyak hal yang berkecamuk dihati, dinginnya terasa menembus ke tulang, batu-batuan dijalan membuat kami tergoncang, tanjakan dan turusan membuat hati kami tiada berhenti untuk berdoa supaya selamat dalam perjalanan. Tapi pemandangan malamnya membuat kami tersenyum, dimana untuk pertama kali kami melihat dengan indah bintang bertaburan diatas, dan bertaburan pula dibawah (lampu-lampu rumah masyarakat).
Tiga jam perjalanan dari kota Atambua ke lokasi tempatan, berhenti pukul 00.00  Tanpa terlukiskan lagi gambaran kondisi badan, berhentilah oto kijang tersebut disebuah rumah. Kami diperkenalkan dengan sosok perempuan yang berwibawa, ternyata beliau adalah mak kepala (kepala sekolah) tempat kami akan bertugas.


Alamnya timur

Belum pernah terbayangkan saya bisa sampai disini, jauh dari pulau Sumatra menuju Pulau Timur ini.  Tiada terlukiskan indahnya alam ciptaan Allah SWT. Pada saat mata kami melihat alam di timur ini kami sangat kagum dengan kondisi alam yang sangat alami, asli dan damai. Pegungunan, gunung, lembah, dataran tinggi, dataran rendah yang terlihat di sini. SM3T memberikan kami kesempatan untuk  mengenal indonesia lebih jauh lagi.


Bermodalkan keyakinan, Bismillah kami memulai aktivitas di sini. Satu hal yang membuat ini semua menjadi lembaran cerita sejarah, adalah kalau disini air sulit dan jauh. Mengingat air adalah sumber kehidupan, rasanya sangat susah kalau air susah didapat. Saat kami tanya mama (sebutan untuk para ibu-ibu) dimana biasanya Masyarakat disini biasa mengambil air, beliau menjawab kalau masyarakat biasanya memperoleh air dari kali dengan cara menimba, baik itu untuk minum, mandi, mencuci dan sebagainya. Fikiran kami tertuju kalau kali yang dimaksud adalah kali yang airnya sangat melimpah, banyak dan jernih. Tanpa fikir panjang kamipun diajak untuk kesana (kali) untuk mandi. Dengan semangat pagi, kami mulailah perjalanan. Di perjalanan kami begitu tercengang melihat kondisi alam yang sangat bangus, indah, dan mengagumkan.
Mulai dari tanjakan, turunan yang terjal membuat lutut kami terasa bergoyang, kaki letih karena perjalanan yang cukup panjang.
Beberapa dokumentasinya
 








40 menit perjalanan terhentilah langkah kami, katanya sudah sampai ke kali tetapi kami tidak melihat air yang mengalir banyak. Sambil meyakinkan mama, kami bertanya kembali “ini kalinya mama?” kemudian mama hanya tersenyum dan mengangukkan kepala.  Kami hanya melihat genangan air dari mata air yang ada di sela-sela batu yang kemudian mengalir kecil, dan lebih membuat kami cukup terkejut kalau air tersebut mengandung kapur. Artinya air yang tidak begitu bersih.

Disituulah masyarakat mengambil
air untuk keperluan
sehari-hari.

Melihat kondisi alam yang seperti itu kami mulai saling menguatkan, hati dan fikiran kalau inilah kondisi lain dari indonesia. Mau tidak mau kami harus siap apapun kondisi alam, dan tempatan kami. Bertahan dan menikmati setiap langkah perjalanan ini.
Jiwa tertantang melihat anak-anak disini saja sangat bersemangat untuk menimba air dan membawa kerumah masing-masing. Raut wajah yang tidak mengeluh dengan kondisi alamnya, semangat dan teriakan gembira melihat kami sampai ketempat mereka. Kami mulai mendapatkan sapaan-sapaan baru dari mereka, ada yang memanggil kami “ mak ibuk, ibuk guru baru, ibu berdua, dan lain-lain. ini semua membuat kami makin semangat.
Kondisi sosial masyarakat tempatan
Mereka sangat ramah, baik, saling menghargai, menyayangi kami disini. Penghargaan yang sangat besar Mereka berikan kepada kami, bahkan kami di minta untuk jangan sungkan-sungkan kalau ada yang di butuhkan, baik berupa tenaga, air, bawang, cabe, sayuran, buahan ataupun hasil alam lainnya mereka akan sangat siap untuk membantu segala kesulitan yang kami hadapi.
setiap pagi anak-anak mereka disuruh untuk membawakan kami air untuk keperluan sehari-hari, dan membawakan hasil alam yang mereka punya. Bahkan mereka berlomba-lomba untuk memberikan sesuatu kepada kami.
Berbicara masalah mata pencarian, Pekerjaan masyarakat disini mayoritas adalah petani, walaupun demikian kesadaran akan pentingnya pendidikan nampaknya sudah tertanam dalam benak mareka, hal ini terbukti kalau banyak diantara mereka yang punya anak sedang kuliah. Jauh dari pusatnya indonesia tidak membuat mereka patah semangat untuk bisa mengejar cita dan harapan.

Kebudayaan
likurai dan TB. Likurai adalah salah satu tarian dan menggunakan gendang kecil yang diapit di lengan atas tangan, perempuan yang memainkan gendang serta manari kecil, dan laki-laki bernari dengan menggunakan pakaian adat. Sedangkan TB adalah tarian serentak yang dilakukan dengan cara melingkar.










Pendidikan/ Sekolah

Saya dan rekan saya risa alhidayah memulai aktivitas dengan memakai jaket hitam berlogokan MBMI (Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia) jaket yang mengkuatkan hati serta meluruskan niat,yaitu jaket kebesaran kami,SM3T.
Suasana alam serta perjalanan yang baru kami tempuh, sejuk dan panorama alam yang selalu kami nikmati disetiap langkah itu. Terlihat anak-anak yang melihat kami agak malu-malu, dan mengucapkan “selamat pagi semua, ibuk guru berdua” dengan membisikkan kata-kata yang kami tidak mengerti, tapi terlihat senang diwajah mereka, mudah-mudahan ini merupakan hal yang baik dilangkah kami pagi itu.
Perjalanan yang selalu mengantarkan kami di sebuah sekolah bagunan yang sederhana. Langkah kami di semarakkan oleh anak-anak yang telah mengelilingi kami, kemudian terhenti sampai di ruangan guru-guru di SD tersebut.
Jumlah guru di SD kami adalah 12 orang termasuk kami, yang terdiri dari 3 guru laki-laki dan 9 guru perempuan. Bangunan SDN Nokarwek cukup bagus. Sarana dan prasarana di sekolah juga cukup baik. SDN Nokarwek mempunyai ruang guru, perpustakaan, tujuh ruang kelas siap untuk belajar dan beberapa ruang kelas yang sedang dalam proses pembangunan, serta WC yang cukup baik.
    Di Sekolah saya mengampu mata pelajaran IPS dan PKN untuk kelas IV A, IV B, V, dan VI, sedangkan rekan saya mengampu mata pelajaran matematika untuk kelas IV A, IV B, V, dan VI. Saya mempunyai jadwal mengajar hampir setiap hari, kecuali hari jumat. Siswa Kelas IV A dan IV B masing-masing terdiri dari 16 siswa. Siswa kelas V terdiri dari 29 siswa. Siswa kelas VI terdiri dari 20 siswa.
Di SDN Nokarwek, Kegiatan apel dilakukan setiap pagi dan pulang sekolah. Kegiatan Apel dilaksanakan di halaman sekolah, pada saat apel siswa dan guru bersama-sama berdoa untuk memulai maupun mengakhiri aktivitas pembelajaran, serta segala pengumuman akan disampaikan pada saat itu.
 Siswa tergolong aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat pertama saya mengajar di kelas, saya kesulitan berkomunikasi dengan anak di kelas, beberapa anak susah memahami kata-kata saya dan terkadang anak-anak tertawa mendengar apa yang saya katakan. Menurut mereka kata-kata dan logat berbicara saya sedikit aneh. Namun seiring dengan berjalannya waktu hal itu tidak menjadi masalah lagi.


Tanpa disadari, alhamdulilah syukur kepada Allah SWT keberadaan kami disini cukup memberikan perubahan-perubahan kecil disekolah. Mungkin hal yang pertama yang saya singgung adalah upacara senin pagi. Semenjak kami disini apel pagi senin selalu rutin dilakukan. Kami sangat senang untuk berpartisivasi dalam hal ini, karena kami menyadari sikap patriotisme itu muncul ketika kita memahami naiknya sang merah. Menanamkan sikap cinta tanah air adalah hal yang utama yang kami suarakan kepada mereka.

Inilah potret mereka

Berbicara mengenai buku, di sekolah ini memiliku persediaan buku yang cukup banyak, tetapi kondisi ruang yang sempit, berdebu membuat buku-buku terlihat menyedihkan. Jadi kami memutuskan untuk menata ruang perpustakaan itu senyaman mungkin, agar anak-anak bisa baca buku dengan baik. Mengingat akses internat tidak ada serta pengetahuan yang kurang, bukulah satu-satunya sumber bacaan anak disini.



Senada dengan itu semua, anak-anak disini hobinya membantu dan menolong. Apalagi mengangkut guru, mereka sangat menghormati dan menghargai sekali para guru termasuk kami disini. Mereka paling tidak bisa melihat kami bekerja, membawa barang, mengerjakan pekerjaan rumah, mencari kayu dan sebaginya mereka langsung berlarian membantu kami. Sambil merasa senag terkadang kamipun merasa tercengang-cengang melihat tingkah laku anak-anak tersebut.
Intinya SM3T memberikan kami kesempatan dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya karena melalui SM3T kami dapat mengenal budaya indonesia lainnya, bahasa, agama, sosial, ras dan adat kebiasaan yang berbeda.
Kita indonesia,
Mereka juga indonesia,
Sudah sepantasnya negri ini berjaya di tengah-tengah banyaknya anak indonesia yang akan datang membawa perubahan yang berharga buat negri ini.
Inilah senyum kami
Senyum mereka
Buat indonesia






inilah indonesia dengan sejuta cerita

Sekilas mengenai Saya, SM3T

Nama:Iren Novita Sari,S.Pd
Ttl: Muara Takus, 19 Mei 1992
Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar
Provinsi Riau
Sumatra

Saya alumni Universitas Riau jurusan Pendidikan Sejarah angkatan 2010.
Saya ditempattugaskan di Provinsi NTT, Kabupaten Belu, Kecamatan Lamaknen Selatan, Desa Loonuna, Dusun Purlolo, SDN Nokarwek. Bersama salah satu rekan terbaik yaitu Risa Alhidayah dari jurusan Matematika UR.

Guru adalah tonggak bangsa
Pejuang bangsa adalah kita
Indonesia membutuhkan kita
Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Salam MBMI ... Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.