Rabu, 07 Juni 2017

Ketika Sejarah berbicara tentang kehidupan




Benar kata dosen ku...dewasa ini, manusia sudah mulai merindukan pola kehidupan dulu.
Sadar atau tidak sadar ternyata pola kehidupan kita ini seperti jarum jam, bergerak maju tetapi dalam satu arah menuju dan kembali ketempat yang sama. Ini merupakan sebuah ilustrasi kehidupan manusia yang selalu berubah tetapi kembali kedalam perubahan semula. Pola kehidupan yang berputar ini terjadi dalam bebapara aspek.
Misalnya: Bisa kita lihat dibeberapa rumah makan, kafe, ataupun restoran yang mampu menghadirkan tema/suasana Desa, makan dilesehan, makan pakai daun pisang, adanya air mengalir, suasana makan di pegunungan atau sejenisnya yang pada dasarnya merujuk pada alam, desa, atau tradisional maka hal ini akan menjadi daya tarik pengunjung. Ini mendakan kalau masyakarat kita sudah mulai merindukan pola kehidupan dulu. Ketika dahulu makanan model luar negri laku total, maka sekarang kita melihat makanan tradisional yang mulai menjadi incaran masyarakat.
Begitu juga hal nya dengan objek wisata, objek wisata yang mampu memberikan sensasi pedesaan, tradisonal, dan alam akan menjadi tempat liburan yang akan di tuju selanjutnya.
Maka dari itu tidak jarang kita mengetahui, batapa banyak dan giatnya masyarakat desa untuk mengeksplor wisata-wisata pedesaan. Ini berimbas juga pada faktor ekonomi masyarakat. Dikota tidak lagi menjadi satu-satunya lokasi untuk bisa menggarap  usaha.

Selain itu juga terdapat dalam hal berpakaian. Tentu barang sudah pasti kita merasakan kalau model pakaian yang kita pakai sekarang juga pernah dipakai oleh masyarakat tempo dulu. Ketika kita menemukan celana model kuncup dibawah maka ketika itu pula pernah dipakai oleh masyarakat dulu, sama halnya ketika model sekarang kita menemukan lagi celana lebar bagaian bawah bisa kita buktikan kalau itupun sudah dipakai oleh masyarakat tempo dulu.
Dalam kalimat diatas menggambarkan bagaimana pola lingkaran menjadi arah kehidupan manusia.
Tetapi Sebagai langkah berfikir,  bisa kita renungkan bagaimana ketika manusia sudah bosan dengan kehidupan dalam suatu lingkaran tersebut? mungkin bisa jadi manusia mulai berfikir untuk membuat lingkaran baru yang tidak kita duga-duga. Ntahlah...

Sebagai guru sejarah tentu ini yang mestinya kita sadari, bahwa sejarah bukanlah hal untuk kita lupakan.  Pola perubahan dan berkelanjutan dalam sejarah mulai memaikan perannya. Kehidupan yang terjadi masa lalu akan menjadi patokan apa yang bisa kita lakukan untuk hari esok.  Ini menandakan betapa pentingnya bagi kita untuk menjadikan masa lalu untuk bisa memberikan nilai yang berharga untuk langkah kita selanjutnya.
Kehidupan dalam perubahan dan berkelanjutan mampu membuat kita tersadar, bahwa apa yang terjadi sekarang sudah terjadi pada masa lalu, apa yang terjadi sekarang adalah lanjutan dari masa lalu, apa yang kita lihat sekarang adalah apa yang pernah terlihat dahulu.
Tetapi lain halnya masalah IPTEK, ilmu pendidikan dan teknologi ini pergerakannya tidak berputar melainkan bergerak vertikal dengan sangat cepat. Dengan teknologi,  Informasi dengan mudahnya diperoleh, kapanpun, dan dimanapun.

Memanfaatkan IPTEK mampu membikan dampak yang sangat menguntungkan tetapi juga berdampak pada kehancuran. Lagi-lagi berkaca pada peristiwa yang pernah terjadi, ketika IPTEK berkembang dengan pesat, tidak jarang kita melihat dan mendengarkan informasi, Teknologi dapat membuat kehancuran. Pembuatan bom, senjata, virus, yang disalah gunakan serta beragam macam kejahatan yang “aneh” dalam cara dan bentuk kejahatannya.

Oleh karena itu, inilah peran Historia Vitae Magistra, Sejarah sebagai guru kehidupan. Guru yang akan selalu membuat kita bercermin dengan apa yang terjadi dan bertindak sebaik mungkin untuk masa depan.

.



Selasa, 06 Juni 2017

Berteman karena saling membutuhkan... Haa???




Aku pernah menyangkal salah satu temanku bilang , begini..“kalau kita berteman sekarang ne karena kita saling butuh, jika tidak butuh maka pertemanan itu tidak ada”!! lalu dengan sontak aku dan teman-teman yang lain menyangkal itu habis-habisan. Pemikiran yang sangat picik dan dangkal untuk suatu hubungan baik kepada sesama teman dekat kita.
Tetapi dengan berjalannya waktu, mau tidak mau, suka tidak suka ternyata aku mulai berfikir akan kalimat tersebut. fikiranku membawa aku untuk mengingat semua teman-temanku yang pernah ku kenali, bermain bersama, bergurau bersama dan jalan bersama. Ketika semua itu berjalan, karena memang kami saling membutuhkan, butuh teman, butuh teman bermain, butuh teman curhatan, butuh tempat, butuh karena satu lingkungan, butuh karena saling berharap, berharap untuk apaaapun itu.
Ketika semuanya sudah jauh, sudah tidak ada kepentingan, sudah tidak saling membutuhkan lagi maka satu persatu mulai renggang, kesibukan membuat kita untuk mencari teman baru, jarak membutuhkan kita untuk mencari teman yang dekat, dan ketika kita merasa tidak mendapatkan kebutuhan dalam pertemanan, maka ketika itu kita akan mencari teman yang bisa kita butuhkan.
Aku tidak mengerti kenapa hal itu terjadi dalam keseharianku, sesuatu yang aku heran tetapi fakta berkata demikan. Contohnya saja, ketika sekolah, aku akan berteman dengan orang-orang yang ada disekolahan ku, ya karena kami saling berdekatan dan saling membutuhkan. Butuh teman kekantin, butuh teman untuk curhat, butuh teman untuk saling bertanya dan lain-lain. Tetapi ketika aku kuliah akau mencari teman baru lagi, memulai dari awal lagi, dan pada akhirnya teman sekolahanku sudah mulai menghilang satu persatu, ya tentunya termasuk aku. Lanjut ketika menjadi guru, kembali mencari teman yang baru. Pertemanan lama kembali berjarak, kepentingan sudah berubah, aktivitas berubah, mau tidak mau, sedikit banyaknya pertemanan mulai renggang. Diteruskan dengan lingkungan SM3T seperti itu juga terus menjajaki masa perkuliah profesi segitu seterusnya. Komunikasi makin terbatas, saling sapa mulai berkurang dan lain-lain.  
Apakah ini wajar? Dimana salahnya?
Apakah ini fitrahnya manusia?
Mungkinkah kita berteman, karena kita saling membutuhkan?
Mengapa ketika kita tidak butuh kepada seseorang kita mencari teman baru yang bisa kita harapkan?  Ntah lah...

Apapun jawabannya, aku berharap ini tidak terjadi. Walaupun banyak fakta dan realita seperti itu, pastinya kita menyakini dari hati kalau renggangnya komunikasi, jarak yang jauh, dan tidak saling membutuhkan bukan berarti kita saling melupakan atau tidak kenal serta berpura-pura tidak mengenali lagi teman-teman yang pernah menghiasi perjalanan kehidupan kita.
Karena dewasa ini, kita diselamatkan oleh kemajuan telekomunikasi. Sehingga kita tetap bisa saling sapa, bercengkrama, bahkan bisa saling tatap muka walaupun hanya dari layar Hanpone yang kita miliki. Banyak hal yang bisa kita manfaatkan, Media Sosial (medsos) menjadi sangat dibutuhkan, bayangkan jika Medsos tidak ada. Bisa kita bayangkan bagaimana hubungan satu sama lain menjadi akan sangat ranggang.
Tetapi medsos juga membuat kita seperti individualis. Mengapa demikan, ketika kita saling berkomunikasi dengan teman yang jauh, maka tidak jarang kita mengabaikan komunikasi dengan teman yang dekat. Dekat mengurangi kita untuk saling sapa, dimana pertemuan/musyawarah langsung digantikan dengan Group Chat, saling bicara dalam Medsos namun saling diam dalam lingkungan.
Apapun itu, pertemana harus kita jaga dengan sebaik yang kita mampu. Tetap saja, kita bukanlah seorang manusia yang sepurna dan bisa memuaskan semua yang ada dilingkungan kita. Karena aku yakin, semuanya ini terjadi bukanlah bentuk kesengajaan kita. segala bentuk perlajanan membuat kisah indah yang bisa kita ceritakan.