Kamis, 04 Mei 2017

SDN Nokarwek kembali membawa piala




Tidak Selamanya Fasilitas Menentukan Prestasi

 
SDN Nokarwek adalah salah satu SD yang ada di Kabupaten Belu, NTT. Sekolah ini terletak di Desa Loonuna, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu. Sekolah ini terletak diantara dua Negara, Indonesia –Timor Leste. Dan termasuk diwilayah terdepan indonesia atau biasa sebut dengan wilayah perbatasan.

Tidak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah perbatasan lainnya, lapangan yang sempit/terbatas, serta sarana dan prasana masih sangat sederhana, serta jauh dari pusat kota adalah hal yang selalu tidak pernah lepas dari topik pembicaraan ketika membahas pendidikan  diperbatasan. Tetapi Sarana dan prasana yang masih sangat sederhana itu tidak membuat kemampuan anak-anak yang diperbatasan untuk tidak mampu  bersaing dengan sekolah-sekolah yang dikota. Ini dibuktikan oleh Emanuel Suri pada Tahun 2016 mempu mewakili Provinsi NTT untuk mengikuti lomba pidato se Indonesia, pada saat itu berada di Manado. 

Emenuel Suri, dia sangat senang kalau dipanggil si eman. Jadinya panggilan tersebut menjadi panggilan kami untuk dia. Eman tidak seperti teman-temannya yang berada di dekapan orang tua. Karna faktor ekonomi, membuat orang tua eman harus mencukupi kebutuhan dengan bekerja di luar pulau. Sehingga eman harus tinggal bersama saudara yang lain.      Hal itu tidak membuat eman untuk larut dalam kesedihan, dia selalu menjadi sosok teladan oleh teman-temannya. Dan prestasi dalam belajar sudah tidak diragukan lagi, mulai dari pertama sekolah sampai sekarang dia selalu mendapat peringkat pertama. Bahkan pernah masuk seleksi untuk olimpiade IPA se Kabupaten Belu. 

Selain prestasi yang baik, eman juga sosok yang mampu berbicara lantang, tegas dan bisa membuat orang yang mendengar menjadi merinding dengan kata-katanya. Dia sering disebut-sebut sosok bung karno, seorang pahlawan proklamator indonesia. Begitulah perumpamaan si eman dimata guru dan masyarakat. Dengan kelebihan yang ada didirinya mampu membuat dia bertahan untuk menjadi pemenang sampai tingkat nasional. Selain eman juga ada anak-anak lain yang berprestasi lainnya seperti Satriana Luan, yang berhasil menjadi terbaik no 2 untuk lomba karajinan tangan se Kabupaten Belu.

Prestasi yang diraih oleh anak-anak Nokarwek ini bukanlah suatu yang kebetulan belaka,  melainkan berkat usaha dan kerja keras semua pihak, sekolah dan tentunya guru-guru yang  ada di SDN Nokarwek tersebut serta dukungan oleh masyarakat dan pihak gereja.
Ada ungkapan mengatakan, prestasi siswa adalah prestasi guru. Ungkapan tersebut menjelaskan kalau guru adalah pemain tersembunyi di balik suksesnya anak-anak. 

Jejak si eman tentu menjadi motivasi oleh teman-temannya, tahun 2017 kembali penerus emanuel kembali membawa piala untuk dipajangkan sebagai simbol prestasi selanjutnya. Namanya laura okdiviana mali bele yang mendapatkan juara 2 se kabupaten belu untuk tingkat SD dalam bidang lomba puisi. Nama sapaannya lala. Dia adalah anak dari bapak sekdes desa loonuna yang mampu melanjutkan estavet si eman. Prestasinya dalam belajar juga tidak diragukan lagi, terbukti dalam proses belajar mengajar dia adalah anak yang cepat menguasai pembelajaran. Selain dalam bidang puisi, lombanya pidato juga ditandingkan untuk guru-guru yang se kabupaten belu. Nokarwek lagi-lagi menggandeng juara 2 untuk lomba tersebut atas nama emilia yonita mau.

Semoga Loyalitas yang diberikan oleh guru-guru SDN Nokarwek mama Maria Yosefina Boe Manu, bu linda, bu emi, mak rosa, mama trhres, bu lutvi, pak bosco, pak marsel 1 dan 2, dan bu limpi mampu membuat anak-anak disana untuk mencapai cita-cita tinggi untuk indonesia jaya. Walaupun sekolah jauh dari pusat kota, berada di perbatasan, jauh dari fasilitas yang maju, dan serba sederhana serta terbatas tidak membuat dedikasi kalian luntur untuk mencerdaskan anak-anak bangsa ini.

Emanuel Suri

laura okdiviana mali bele







 
Pada saat upacara bendera  senin pagi









                                 Pada saat senam pagi jumat

KKN Kebangsaan Se Wilayah Barat Indonesia tahun 2013




Ceritaku  bersama mereka
  di Desa Lambunot Paya
Kecamatan Kuta Baro, Aceh besar

 


Berawal dari keberanian, dan keiklasan,  Saya memutuskan untuk KUKERTA di Aceh besar ini. Hal yang paling terindah bagi saya ketika saya mendapatkan hal-hal yang baru, yang nantinya  menjadi cerita dilembar kehidupanku.
Saya juga merasa bangga, menjadi salah satu peserta KKN Nasional yang diikuti oleh 20 Universitas di wilayah Barat Se Indonesia. Ketika datang, kami disambut dan dijamu baik oleh orang nomor satu di Universitas Syah Kuala, Bapak Camat, dan Bapak Geucik tempatan KKN saya.
Awalnya Saya merasa sedih, ketika kami dari universitas riau semuanya dipisah, untuk bergabung dengan kelompok-kelompok lain, yang berasal dari Universitas yang berbeda pula. Tetapi saya yakin ini nantinya akan menyenangkan, karena ini tantangannya, ya seperti keberanian kami sedang diuji.  Meskipun ada rasa canggung tapi lebih terasa indahnya perbedaan itu. Bahasa, kebudayaan, cita rasa/makanan, suasana, dan orang-orang yang berbeda menghiasi hari-hari saya.
Masyarakat yang penuh keramahan, ibu-ibu yang sangat sayang kepada kami, bahkan kami dihujat makanan, sayur-sayuran, buah-buahan, bahkan anak-anak mereka tidak pulang-pulang dari posko kami. Selain itu semua kegiatan kami disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat, ramai dan ramai setiap kali kami melakukan kegiatan yang positif.
Selama satu bulan saya KUKERTA di Aceh besar ini banyak hal yang saya temui, dan rasakan.  Salah satunya Saat bulan ramadhan, suasana disini begitu ramai dengan suara gemuruh pemuda-pemuda yang bershalawat, nyanyi islami, takbir bahkan tampa non stop semalaman.
Aceh juga terkenal dengan kopinya. Jadinya tidak jarang kita temui banyaknya kafe-kafe yang menyediakan beragam macam dan jenis kopi yang disajikan.
Aceh juga dikenal dengan propinsi yang amat mengandung cerita sejarah yang pilu, lebih dari 23.000 menjadi korban bencana tsunami.  Karena datang ke daerah itu, rasanya  ikut merasakan kejadian pilu di daerah tersebut.
Selain itu, tradisi di Aceh juga terlihat pada saat menyambut bulan Puasa Ramadhan. Masyarakat antar kecamatan melakukan aktivitas masak dan makan bersama di pantai sambil menikmati indahnya pantai, masyarakat terlihat berbagaia sekali dan menikmati moment-moment itu, dan kamipun ikut larut dalam kegembiraannya
Namun, semua ini telah menjadi cerita ku. Dan semoga KUKERTA Nasional  selanjutnya memberikan inspirasi bagi kita semua, untuk perbaikan dimasa depan. Ingatlah jalan kita masi panjang. Tetap lakukan yang positif untuk mendapatkan hal yang positif pula.
Terimakasih untuk teman-teman sepenempatanku, beb yuni, wita, lutvi, arif, rusdi, dan irfan atas semunya. Pengalaman ini akan menjadi cerita indah. 



Rabu, 03 Mei 2017

MUARA TAKUS, KOTA PEMERINTAHAN KERAJAAN SRIWIJAYA




“Candi muara takus”  
Kerajaan Sriwijaya yang terbesar di Asia Tenggara, karena memiliki daerah jajahan yang luas, antara Laut Natuna, Semenanjung Malaya, Tanah Genting Kra, Selat Malaka, Laut Jawa, Linggor, Kelantan, Pahang, Jambi Dan Selat Sunda.

Bagi orang Riau mungkin tidak asing lagi objek wisata Candi Muara Takus. Candi ini terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak dari ibu kota provinsi lebih kurang 135 meter. Candi muara takus memiliki 4 candi didalamnya Candi Mahligai, Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Palangka.
“Candi Muara Takus” jika kita melihat sekilas, mungkin ini hanya berupa bangunan kuno yang kecil, yang nilai sejarahnya tidak terlalu diminati dan pastinya belum bisa menandingi besar dan megahnya candi-candi yang ada di Jawa, seperti Candi Prambanan, Borobudur, Sewu, Kalasan dan lain-lain. 
Sebagai pendidikan sejarah , saya akan berikan gambaran tentang candi muara takus ini. Candi Muara Takus Ini Adalah Hasil Kebudayaan Dari Kerajaan Yang Terbesar Di Asia Tenggara. Kerajaannya bernama Kerajaan Sriwijaya.
Sriwijaya berasal dari kata Sri (cahaya) dan Wijaya ( kemenangan). Kerajaan ini berdiri pada abad ke 7 tersebut selalu berpindah-pindah pusat pemerintahannya. Semula ibu kotanya terdapat di Muara Takus ( Riau Daratan) kemudian di Jambi dan berahir di Palembang. Sebagai ibu kota kerajaan yang terbesar, tentunya kita bisa membayangkan bagaimana aktivitas kerajaan waktu itu. Tentunya sangat membuat kita bangga akan nilai sejarahnya. 
Berbicara masalah kerajaan Sriwijaya, tentu kita tidak bisa melepaskan dari kegiatan maritimnya. Karena terletak dijalur perdagangan, sehingga Pelabuhannya disinggahi oleh negara-negara yang ikut melakukan aktivitas perdangan, ada Cina, India, Arab, Persia, dan tentunya nusantara kita sendiri.  Armada laut kerajaan ini sangat tidak diragukan lagi, sehingga kerajaan Sriwijaya menjadi dikenal oleh negara-negara asing dunia dan secara tidak langsung nusantara mulai dikenal oleh dunia. Pada akhirnya aktivitas inilah yang membawa Islam masuk ke nusantara. Hebat kan? 
Aktivitas perdangan juga berdampak kepada aspek pendidikan. kerajaan sriwijaya ini juga mengirim utusannya untuk mengajarkan pendidikan (agama budha) sampai keluar negri. Dan tidak jarang kita temui, banyaknya para pelajar dari luar negri yang melakukan pendidikan di tanah Sriwijaya ini.
Tidak selamanya kebudayaan yang besar itu dilihat dari hasil yang besar juga. Nah itulah sebuah perumpamaan
jika kita melihat sejarah kerajaan Sriwijaya yang 
hasil kebudayaannya seperti Candi Muara Takus.

Kerajaan yang megah itu sekarang hanya tinggal nama dan menjadi cerita sejarah. Namun, kita masih bisa melihat bukti dan hasil kebudayaannya berupa Candi-Candi, Prasasti dan Arca. Untuk di daerah Riau, yaitu Candi Muara Takus.

Selain di muara takus, ada juga Candi Kota Mahligai, Candi Kedaton, Candi Gendong, Candi Gempung, Candi Tinggi, dan lain-lain yang terdapat di Jambi, Bengkulu dan Sumatra Selatan. Selain candi juga terdapat arca budha siguntang dan banyak prasasti-prasasti lain seperti :
·        Prasasti Kedukan Bukit
·        Prasasti Talang Tuo
·        Prasasti Kota Kapur
·        Prasasti Karang Birahi
·        Prasasti Linggor
·        Prasasti Telaga Batu
·        Dan Prasasti Nalanda
Prasasti itu menuliskan tentang penaklukan-penaklukan daerah, peristiwa serta sejarah dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti itu dituliskan dengan tulisan Aksara Pallawa menggunakan Bahasa Melayu Kuno.
Menurut catatan sejarah, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Balaputradewa. Dibawah pemerintahannya, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Raja Balapala dari Kerajaan Pala (India) hubungan baik tersebut memiliki tiga tujuan utama. Yaitu: membentengi kerajaan sriwijaya agar lebih kuat, meningkatkan hubungan perdangan dan memperdalam ilmu pengetahuan budha karena di India telah berdiri perguruan tinggi Nalanda.

Lalu muncul pertanyaan, mengapa hasil kebudayaannya tidak sebesar Candi Prambanan dan Borobudur? Mengapa jenis batunya tidak sama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bisa dilihat di artikel saya sebelumnya.

Itulah sepintas sejarah yang bisa saya berikan, sebenarnya yang paling penting disini adalah bagaimana kita sebagai generasi penerus, mencintai apa yang telah di wariskan kepada kita, menjaga dan merawat situs sejarah serta belajar dari sejarah membuat kita akan bijak dalam melangkah. Sang proklamor pernah berpesan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Jika penerus bangsa saja sudah tidak menghargai sejarahnya, bagaimana bangsa kita akan  “besar”.

Ayo kita kunjungi hasil kebudayaan bangsa kita, ayo cintai sejarah kita, ayo kita rawat sejarah kita. Kalau bukan kita siapa lagi? kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Sumber:
Krisna Bayu Adji. 2014. Sejarah Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Nusantara, Yogyakarta: Araska.
George Coedes. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu Budha. Jakarta: KPG(Gedung Populer Gramdia)